Tari Gandrung Banyuwangi

Posted by Mas Kahfi Sabtu, 15 Juni 2013 0 komentar

Tari Gandrung Banyuwangi.
Asal istilah

Kata ""Gandrung"" diartikan sebagai terpesonanya masyarakat Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri sebagai Dewi Padi yang membawa kesejahteraan bagi masyarakat
.

PERTUNJUKAN GANDRUNG BANYUWANGI

Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen. Kesenian ini masih satu genre dengan seperti Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di wilayah Banyumas dan Joged Bumbung di Bali, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik (gamelan).[rujukan?]Gandrung merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali.[rujukan?] Tarian dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan (penari gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan "paju"

Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya, Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah Banyuwangi.

Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan, pertunjukan lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang subuh (sekitar pukul 04.00).

SEJARAH

Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh wanita.

Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.

Menurut sejumlah sumber, kelahiran Gandrungditujukan untuk menghibur para pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat, berkaitan dengan pembabatan hutan yang angker.

Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.
Tata Busana Penari

Tata busana penari Gandrung Banyuwangi khas, dan berbeda dengan tarian bagian Jawa lain. Ada pengaruh Bali (Kerajaaan Blambangan) yang tampak.
Bagian Tubuh

Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.

BAGIAN KEPALA

Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima] yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung. Pada masa lampau ornamen Antasena ini tidak melekat pada mahkota melainkan setengah terlepas seperti sayap burung. Sejak setelah tahun 1960-an, ornamen ekor Antasena ini kemudian dilekatkan pada omprok hingga menjadi yang sekarang ini.

Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga yang disebut cundhuk mentul di atasnya. Sering kali, bagian omprok ini dipasang hio yang pada gilirannya memberi kesan magis.

BAGIAN BAWAH

Penari gandrung menggunakan kain batik dengan corak bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak dipakai serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada dasar kain putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, penari gandrung tidak memakai kaus kaki, namun semenjak dekade tersebut penari gandrung selalu memakai kaus kaki putih dalam setiap pertunjukannya.

LAIN-LAIN

Pada masa lampau, penari gandrung biasanya membawa dua buah kipas untuk pertunjukannya. Namun kini penari gandrung hanya membawa satu buah kipas dan hanya untuk bagian-bagian tertentu dalam pertunjukannya, khususnya dalam bagian seblang subuh.

MUSIK PENGIRING

Musik pengiring untuk gandrung Banyuwangi terdiri dari satu buah kempul atau gong, satu buah kluncing (triangle), satu atau dua buah biola, dua buah kendhang, dan sepasang kethuk. Di samping itu, pertunjukan tidak lengkap jika tidak diiringi panjak atau kadang-kadang disebut pengudang (pemberi semangat) yang bertugas memberi semangat dan memberi efek kocak dalam setiap pertunjukan gandrung. Peran panjak dapat diambil oleh pemain kluncing.

Selain itu kadang-kadang diselingi dengan saron Bali, angklung, atau rebana sebagai bentuk kreasi dan diiringi electone


Mister Cofie
Sumber : Surga Banyuwangi

Baca Selengkapnya ....

Penemuan Nenek Misteri

Posted by Mas Kahfi 0 komentar



Nenek Mengambang Diatas Permukaan Laut. Banyuwangi - Warga Dusun Grajagan Pantai Desa Grajagan Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, dikejutkan dengan penemuan sesosok nenek misterius di tengah laut. Nenek misterius tersebut ditemukan duduk dengan posisi mengambang di atas permukaan air laut.


Nenek yang belakangan diketahui bernama Supiah (65), asal Dusun Selorejo Desa Temurejo Kecamatan Bangorejo, Banyuwangi itu ditemukan secara tak sengaja oleh serombongan nelayan yang sedang memancing di laut Grajagan, tepatnya Laut Pelawangan.

Kali pertama ditemukan, nenek misterius itu berada di permukaan air laut dalam posisi duduk, Kamis malam (7/5/2009), sekitar pukul 23.00 WIB atau bertepatan pada malam Jumat Legi.

Anehnya lagi, tubuh maupun pakaian yang dikenakan nenek tersebut tak basah oleh air laut. Saat ditolong oleh para nelayan, nenek tersebut justru menolak untuk dinaikkan ke atas kapal jukung.

Bahkan saat berhasil dirayu naik ke atas kapal, nenek itu justru memaksa para nelayan untuk mengantarnya ke arah laut lepas seakan mengejar sesuatu.

"Saya kira batang kayu, saya baru tahu pas nenek itu batuk-batuk membentur perahu saya. Teman-teman saya ketakutan, pas saya lihat ternyata nenek itu duduk di atas permukaan air terombang-ambing arus laut," jelas Supariyanto (40), nelayan Grajagan yang malam itu melihat langsung kesaktian nenek Supiah. Dia sangat heran, sebab nenek tersebut seperti pada film-film fiksi selama ini.

Nenek Supiah yang sempat diamankan ke rumah Supariyanto itu kemudian disusul oleh keluarganya, Jumat (8/5/2009). Selain itu polisi juga ikut mengawalnya, sebab penemuan nenek sakti itu mengundang warga berduyun-duyun. Saat ditanya wartawan, nenek Supiah hanya diam. "Saya cari anak saya," katanya singkat.

Sumber :Surga Banyuwangi

Baca Selengkapnya ....

Penampakan Api Biru di Kawah Ijen Membuat Wisatawan 'Tergila-gila'

Posted by Mas Kahfi 0 komentar




Banyuwangi - Penampakan api biru atau blue fire di kawah Gunung Ijen cukup menggoda.
Wisatawan domestik maupun mancanegara dibuatnya 'tergila-gila'.

Ratusan wisatawan turun ke kawah secara bergelombang untuk mengabadikan api biru yang
menyembur dari lokasi tambang belerang tersebut.
di lokasi tambang belerang itu para wisatawan nampaknya sudah mempersiapkan diri dengan
peralatan teknis fotografi maupun non teknis yang lumayan lengkap.

Tak hanya itu, karena di kawah beresiko diserang asap belerang yang cukup membuat sesak
pernafasan maka para wisatawan membekali diri dengan masker dan kacamata.

Untuk mendapatkan eksotisnya api biru, wisatawan harus berangkat ke Gunung Ijen malam hari.
Biasanya, mereka berangkat dari Pos Paltuding sekitar Pukul 21.00 Wib. Karena api biru memang
hanya tampak di malam hari hingga menjelang matahari terbit.

Setelah puas menjepret keindahan api biru, wisatawan biasanya menggeser subyek bidikannya
kepada aktivitas penambangan belerang dan keindahan Gunung Ijen. Khususnya wisatawan asing,
setiap usai menjepret kuli angkut belerang yang menyusuri lereng kawah lantas memberinya
dengan snack ataupun susu kemasan kotak.

Membludaknya wisatawan di gunung yang berada di perbatasan Banyuwangi-Bondowoso ini memang
membawa berkah bagi para kuli angkut belerang. Karena, mereka juga bisa merangkap menjadi porter.

Wisatawan yang memerlukan bantuan untuk membawa perbekalan sekaligus penunjuk jalan bisa
menyewanya, ongkosnya berkisar Rp 50 ribu-150 ribu.

Untuk bisa ke puncak Ijen, wisatawan biasanya berangkat dari Pos Paltuding. Selanjutnya,
berjalan kaki dengan jarak sekitar 3 km. Dibanding gunung lain, rute di Ijen agak lebih
enteng. Namun bagi yang tak biasa ya terasa berat.

Sebab pada lintasan awal sepanjang 1,5 km cukup menanjak dengan kemiringan 25-35 derajat.
Sesampai di puncak, wisatawan yang ingin lokasi tambang belerang atau api biru ditantang
untuk kembali menuruni lereng yang berliku dan jalurnya bebatuan.

Resiko terpeleset cukup besar, jadi harus ekstra waspada. Apabila malam, wisatawan disarankan
membawa lampu tangan atau alat penerangan.

Api biru di kawah Ijen ini memang menjadi salah satu kebanggaan Bumi Blambangan. Karena
fenomena alam tersebut diyakini hanya ada dua di dunia. "Selain Ijen, ada di Alaska,".

Sementara untuk mengurangi resiko kecelakaan, BKSDA sebagai pemangku kawasan Cagar Alam
Gunung Ijen sudah memasang papan berisi penguman larangan bagi wisatawan untuk turun ke kawah
Ijen. Namun wisatawan yang sudah 'tergila-gila' dengan api biru lebih memilih turun ke kawah.


Mister Cofie
Sumber : Detik Surabaya

Baca Selengkapnya ....

Gunung Ijen

Posted by Mas Kahfi 0 komentar

                                                                                                     Ketinggian          :2.799 m (9 ft)
                                                                                                     Lokasi                :banyuwangi Jawa timur, Indonesia
                                                                                                     Koordinat          :8,058°LS 114,242°BT
                                                                                                     Jenis                  :Stratovolcano
                                                                                                     Letusan terakhir  :1999


Gunung Ijen adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di daerah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Gunung ini mempunyai ketinggian 2.443 m dan telah empat kali meletus (1796, 1817, 1913, dan 1936)

Rute pendakian

Untuk mencapai gunung Ijen dari Banyuwangi, bisa menggunakan kereta Api ekonomi dengan tujuan banyuwangi dan turun di station Karangasem kemudian naik ojek dengan tujuan Kec. Licin Ds. Banyusari, dari Ds. Banyusari perjalanan dilanjutkan menuju Paltuding dengan menumpang truk pengangkut belerang. Atau Menggunakan Bus dan turun di Banyuwangi kota kemudian naik ojek bisa langsung ke Paltuding atau ke Ds. Banyusari juga bisa namun dengan menggunakan bus tarif yang di keluarkan akan lebih mahal. Pintu gerbang utama ke Cagar Alam Taman Wisata Kawah Ijen terletak di Paltuding, yang juga merupakan Pos PHPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam).
Fasilitas lain yang dapat dinikmati oleh pengunjung antara lain pondok wisata dan warung yang menjual keperluan pendakian untuk menyaksikan keindahan kawah Ijen.

Dari Paltuding berjalan kaki dengan jarak sekitar 3 km. Lintasan awal sejauh 1,5 km cukup berat karena menanjak. Sebagian besar jalur dengan kemiringan 25-35 derajad. Selain menanjak struktur tanahnya juga berpasir sehingga menambah semakin berat langkah kaki karena harus menahan berat badan agar tidak merosot ke belakang.

Setelah beristirahat di Pos Bunder (pos yang unik karena memiliki bentuk lingkaran) jalur selanjutnya relatif agak landai. Selain itu wisatawan/pendaki di suguhi pemandangan deretan pegunungan yang sangat indah. Untuk turun menuju ke kawah harus melintasi medan berbatu-batu sejauh 250 meter dengan kondisi yang terjal.

Mister Cofie

Baca Selengkapnya ....

Taman Nasional "Alas Purwo"

Posted by Mas Kahfi 0 komentar



Taman Nasional Alas Purwo terletak di ujung timur Pulau Jawa. Taman nasional ini masuk ke
dalam dua kecamatan sekaligus yaitu Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo. Satu hal
yang pasti, taman nasional tersebut berada di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Geliat ekowisata pun terlihat di Taman Nasional Alas Purwo. Sebuah harapkan, akan
meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan konservasi ini, dapat membantu pemerintah
daerah mengelola kawasan yang dilindungi tersebut.

Untuk mencapai kawasan seluas 43.420 hektar ini, Anda bisa memilih rute Banyuwangi kota 
mengarah ke Kecamatan Muncar. Lalu melewati Kecamatan Pasar Anyar dan sampailah di Kecamatan
Tegaldlimo.
Sekitar sepuluh kilometer dari Kecamatan Tegaldlimo melalui Jalan Makadam, Anda akan
menemukan Pos Rawabendo. Pos ini merupakan gerbang utama Taman Nasional Alas Purwo.

Jumat

Anda bisa menuju tempat penangkaran penyu di Pantai Ngagelan sebagai permulaan akhir pekan
Anda. Perjalanan dari Pos Rawa Bendo menuju Pantai Ngagelan, semacam mengurai daftar kekayaan
vegetasi hutan Alas Purwo. Di kanan dan kiri jalan, tampak hutan bambu lebat, berganti dengan
hutan pohon mahoni.

Berdasarkan ekosistemnya, hutan di taman nasional alas purwo dapat dibagi menjadi beberapa
tipe, yaitu hutan bambu, hutan pantai, hutan bakau atau mangrove, hutan tanaman, hutan alam
dan hutan penggembalaan.

Pada bulan Januari hingga September, Pantai Ngagelan menjadi tempat bertelur empat jenis
penyu. Penyu Abu-abu dengan nama latin Lupidochelys olivaceae, penyu hijau atau Chelonian
mydas, penyu sisik atau Eretmocheyls imbricate, dan penyu belimbing atau Dermochelys
coriacea.

Di pantai berpasir putih halus nan bersih ini, terdapat penangkaran anak penyu dari empat
jenis penyu tersebut. Jika Anda datang di waktu yang tepat, Anda bisa ikut serta melepaskan
penyu yang berusia lima bulan ke alam bebas.

Setelah menengok generasi-generasi penerus penyu langka, Anda bisa melanjutkan tour de jungle
Alas Purwo ke wilayah Bedul, tepatnya Segoro Anak Bedul Resort Grajagan. Kata Bedul, diambil
dari nama ikan unik yang hidup di sekitar sungai di kawasan ini.

Di kawasan Taman Nasional Alas Purwo tepatnya sepanjang Sungai Segoro Anak Bedul dengan luas
1.200 hektar ini terdapat 26 jenis mangrove. Untuk menanam mangrove, Anda butuh perahu atau
biasa disebut gondang-gandung, yang mengantar Anda ke hutan mangrove.
Plesir Anda di kawasan sungai masih berlanjut. Usai tanam mangrove, gondang-gandung membawa
Anda dan wisatawan lainnya menyusuri sungai. Sesekali tampak pencari kerang di tengah sungai.
Terletak di antara zona perairan dan daratan atau istilah ekologinya daerah ecoton, kawasan
ini memiliki keanekaragaman jenis fauna yang relatif tinggi, baik di daratan maupun di
sungai.

Fauna daratan pada umumnya menempati bagian atas pohon mangrove seperti burung, insekta, dan
primata. Sementara pada sungainya, ikan dan kerang menempati lantai hutan mangrove juga dalam
sungai.
Jika Anda datang pada bulan Oktober hingga Desember, Anda akan menemukan fenomena migrasi
burung-burung asal Australia ke wilayah Taman Nasional Alas Purwo. Ada sekitar 14 jenis
burung migran yang biasanya wara-wiri di udara dan daratan Alas Purwo.
Namun, umumnya yang dijumpai bercengkrama di sekitaran hutan mangrove ini antara lain burung
gajahan, trinil, bangau, belibis, ayam hutan, dara laut, dan pecuk ular. Mengagumkan.

Oya, kalau pandangan mata dilemparkan ke seberang anak sungai, tampak kampung nelayan
Grajagan, Banyuwangi. Kapal-kapal para nelayan yang berwarna semarak dan berukuran besar
bersandar di tepian pantai. Perahu-perahu tersebut, tak ubahnya karya  seni yang indah.

Sabtu

Menyaksikan banteng Jawa dan rusa berkeliaran di padang sabana, menjadi pilihan tepat di
Sabtu pagi. Padang penggembalaan Sadengan adalah satu-satunya padang sabana buatan di antara
sejumlah penggembalaan yang ada di taman nasional di Indonesia.
Pembuatan sabana ini lantaran sifat hutan Alas Purwo yang didominasi hutan bambu nan lebat,
hutan pantai, dengan karakteristik yang berukuran tinggi besar. Demi fungsi pengamatan satwa,
dibuatlah sabana dengan rerumputan nan segar.

Tak perlu khawatir mencari tempat untuk bermalam. Di daerah Grajagan terdapat kawasan resor
yang bisa Anda singgahi.  Salah satu yang menarik adalah Joyo’s Surf Camp karena di sini
adalah tempat berkumpulnya para surfer dunia.

Bolehlah Ada berbangga hati sebagai warga Indonesia. Karena surfing di Grajagan atau populer
disebut G-land adalah spot terbaik dengan ombak tinggi dan menantang setelah Hawaii.
Pada musim ombak tinggi antara bulan Juli hingga Oktober, resor ini nyaris tak pernah sepi
surfer asing. Belakangan, para surfer juga tertarik dengan geowisata hutan Alas Purwo.
Sehingga mereka bisa datang kapan pun, tanpa terpengaruh musim ombak terbaik.

Hal yang menyenangkan dari resor ini adalah tak ada hari tanpa pesta. Maksudnya, barbeque
malam-malam di tepi Pantai Plengkung. Wonderful!

Minggu

Nama Alas Purwo diyakini memiliki arti hutan pertama atau hutan tertua di Pulau Jawa. Apalagi
ditunjang dengan kondisi alam hutan yang memang memiliki sejumlah situs-situs dengan keunikan
alam dan dianggap keramat.
Anda bisa mencoba menyusuri hutan Alas Purwo yang memang memiliki kesan magis. Namun secara
kasat mata, Taman Nasional Alas Purwo bisa menjadi pilihan wisata yang lengkap bagi para
penyuka jalan-jalan, menjelajah hutan nan asri, mengamati tetumbuhan nan kaya jenis maupun
bentuknya.

Tak hanya itu, Anda pun bisa menikmati wisata pantai yang menakjubkan, berselancar dan juga
wisata ziarah atau wisata budaya. Belum lagi mengenali budaya, bisa menambah kekayaan pribadi
loh, maksudnya kaya akan pengetahuan mengenai kehidupan beraneka ragam suku bangsa di
indonesia ini.

Ada sekitar 40 gua di kawasan Alas Purwo ini dan salah satu yang bisa Anda kunjungi adalah
Gua Istana. Dari posko pancur tempat Anda meminta izin untuk mengunjungi Gua Istana, Anda
harus berjalan kaki sekitar satu jam untuk menyusuri hutan bambu.
Perjalanan Anda memang sedikit akan terhalang ranting ataupun bambu yang roboh. Jadi
berhati-hatilah dan gunakan pakaian ataupun alas kaki yang nyaman. Bagi sebagian pengunjung
Gua Istana ini digunakan sebagai tempat untuk bersemedi, berdoa, atau lelono.
Dan, mengakhiri akhir pekan Anda di Taman Nasional Alas Purwo, cobalah untuk beranjak ke
Pantai Pancur, pantai dengan pasir berbutir kasar atau pasir gotri dan pecahan karang hitam.
Tersembuyi dari keramaian, berada di tengah sunyinya hutan, yang terdengar hanya kicauan
burung dan gemerisik gesekan ranting pohon yang tertiup angin. Sebuah pantai yang merupakan
nilai tambah bagi para pencari kedamaian di hutan Alas Purwo.


Mister Cofie
Sumber :Kompas.com

Baca Selengkapnya ....

Pantai Plengkung "SURGA" Peselancar

Posted by Mas Kahfi 0 komentar

PANTAI PLENGKUNG... yach..itulah surganya para peselancar.
jika anda mau berwisata segera mencantumkan jadwal kunjungannya ke Pantai
Plengkung, Banyuwangi, Jawa Timur. .

Jangan mengaku peselancar sejati
jika belum pernah menjajal nyali berselancar di pantai yang menghadap Samudra Hindia ini.
Pantai Plengkung tak sekadar elok dipandang mata. Pantai yang juga lazim disebut ”G-land” ini
juga menjadi tempat favorit peselancar di dunia. Ombak setinggi 4-5 meter yang datang
bersusulan membuat atraksi berselancar (surfing) menjadi lebih menantang. Kepungan hutan juga membuat tempat ini dijuluki ”surga kesunyian”.
Ombak pantai selatan akan meninggi mulai Maret hingga Oktober. Biasanya mencapai puncak pada
bulan purnama yang jatuh di pertengahan bulan.


Minat khusus

Sudah lama Pantai Plengkung yang berada di kawasan Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) menjadi
tujuan para wisatawan berminat khusus. Pantai ini apabila dilihat dari citra satelit bentuknya melengkung
membentuk huruf G terbalik. Posisi itulah yang membuat ombak setinggi 4-5 meter bisa terbentuk. Para peselancar bisa merasakan sensasi dorongan ombak yang panjang dan susul-menyusul. Dasar pantai G-land berbentuk landai. Palung hanya ditemukan di sisi barat, yang pernah menjadi lokasi pendaratan
kapal. Posisi ini membuat G-land nyaman sebagai tempat surfing. Namun, di balik keelokannya
tentu perlu kehati-hatian tersendiri. Pasalnya, karang yang berada di dalam laut bisa melukai
peselancar di dalam air.

Setiap tahun tidak kurang dari 400-600 wisatawan asing yang datang untuk berselancar di
pantai berpasir putih ini. Di tempat ini mereka bisa menginap selama sepekan, bahkan
berbulan-bulan di resor-resor dalam hutan.

Menembus hutan

Pantai Plengkung bisa dicapai lewat jalan darat dari Kota Banyuwangi, atau jalan laut dari
Pulau Bali. Perjalanan darat membutuhkan waktu 2-3 jam dari Kota Banyuwangi untuk sampai di
gerbang pertama TNAP yang berada di Kecamatan Tegaldlimo.
Sepanjang perjalanan dari gerbang pertama ke pos Rawabendo di wilayah TNAP, di kanan-kiri
jalan hanya tampak rerimbunan hutan jati. Akan tetapi, begitu sampai di pos selanjutnya,
yakni Pancur, vegetasi hutan hujan tropis pun mulai memberi warna perjalanan ke Pantai
Plengkung. Di sini berjejer tumbuhan endemik Alas Purwo. Sebutlah, misalnya, sawo kecik
(Manilkara kauki) dan bambu manggong (Gigantochloa manggong).

Di sepanjang perjalanan juga bisa ditemukan tumbuhan seperti nyamplung (Calophyllum
inophyllum), keben (Barringtonia asiatica), ketapang (Terminalia cattapa), kepuh (Sterculia
foetida), dan berbagai jenis bambu.
Untuk melintas hutan tersebut, pengunjung harus memakai mobil bergardan ganda (double gardan)
atau four-wheel drive (4wd) milik TNAP. Mobil tersebut siap mengangkut wisatawan melewati
jalur yang belum beraspal, berlumpur dan berbatu dari pos Pancur menuju pintu masuk Pantai
Plengkung. Biayanya mencapai Rp 130.000 per mobil, pergi-pulang(PP).

Suasana hutan yang dihiasi dengan kicauan burung dan keanekaragaman tanaman lebih terasa jika
Anda duduk di bak mobil jagawana tersebut. Di tempat itu, sudut pandang Anda bisa lebih luas.
Jika beruntung Anda akan menemukan babi hutan yang mencari makan di tepi jalan, atau biawak
sebesar komodo yang sedang berjemur di dekat sungai. Akan tetapi, Anda harus tahan guncangan
akibat jalan tak rata sepanjang 15 kilometer.

Sampai di gerbang Pantai Plengkung, perjalanan pun disambung dengan berjalan kaki sejauh
kurang lebih 200 meter menuju pantai. Di titik pemberhentian itu pula pengunjung disambut
dengan papan kayu penunjuk lokasi resor, seperti Bobby’s camp atau Joyo’s camp.
Jika perjalanan di darat membutuhkan waktu 2-4 jam, perjalanan lewat laut bisa ditempuh lebih
singkat. Dari Kuta di Bali hanya perlu waktu dua jam. Tarif yang ditawarkan mencapai 125
dollar Amerika Serikat (AS) per orang.

Di kawasan Pantai Plengkung, wisatawan biasanya menginap selama sepekan. Mereka bisa menginap
di resor bertarif dollar atau wisma milik TNAP yang letaknya agak jauh dari Plengkung, tetapi bertarif rupiah.

Dengan rata-rata 100 dollar AS setiap hari, selama minimal tiga hari, wisatawan bisa
menikmati senyapnya hutan, gulungan ombak, lengkap dengan akomodasi hotel berbintang.
Namun, jika ingin lebih irit, Wisma TNAP yang berada di Rawabendo bisa jadi pilihan. Tarif
kamarnya hanya Rp 100.000. Warung di area kompleks wisma bisa menjadi pilihan tempat makan,
selain pesan makanan dari wisma.

Di tempat inilah Anda bisa mengenyam sensasi lain, yakni, kicauan burung, perilaku hewan, dan
gemerisik gesekan dedaunan.


Mister Cofie
Sumber : kompas.com

Baca Selengkapnya ....

Wisata Banyuwangi

Posted by Mas Kahfi 1 komentar
Banyuwangi, adalah sebuah kabupaten terluas di daerah Jawa Timur dan juga pulau jawa yang memiliki wilayah cukup beragam, daratan rendah sampai daratan tinggi seperti pegunungan, dibagian selatan terdapat perkebunan yang sudah ada sejak jaman Hindia Belanda. 
Beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mempromosikan pariwisata Alam unggulannya yang berada di tiga daerah yang diberi nama segitiga berlian atau Triangel Diamond. Segitiga Berlian terdiri atas:
●        Kawah Ijen di Area Taman Nasional Baluran, Licin

●      Sukomade di  Area Taman Nasional Meru Betiri, Pesanggaran

●      Plengkung di Area Taman Nasional Alas Purwo, Tegaldlimo
 
Berbatasan dengan Kabupaten Jember bagian selatan yang juga merupakan daerah konservasi yang kini dilindungi kedalam sebuah cagar alam, yaitu Taman Nasional Meru Betiri. Kota yang menjadi perlintasan dari Jawa ke Bali ini merupakan daerah pertemuan berbagai jenis kebudayaan, budaya masyarakat Banyuwangi sendiri diwarnai oleh budaya Bali, Jawa, Madura dan Melayu. Beragam nya kota ini sehingga memberikan corak tersendiri di mata wisatawan asing maupun lokal, sehingga banyak juga pembisnis hotel yang membangun sebuah Hotel di Banyuwangi itu sendiri. Hotel Ketapang indah contohnya,hotel ini berbintang 3. Ketapang Indah Hotel terletak hanya beberapa langkah dari Pantai Ketapang, menghadap ke Selat Bali, memberikan tempat yang bagus untuk menyaksikan matahari terbit. Dihiasi dengan gaya tradisional Bali dan dilengkapi dengan bahan-bahan lokal, kami menawarkan akomodasi yang menyenangkan, sebuah restoran lezat, dan kolam renang santai.
Tak jauh dari hotel, di sisi perbukitan dengan tenang dan alam sekitar perkebunan swasta, Guest House Bayulor memberikan suasana tenang, santai, dan damai yang membuatnya menjadi tempat yang ideal untuk relaksasi total atau untuk keluarga.



Mister Cofie 
Sumber :1001 malam

Baca Selengkapnya ....
TEMPLATE CREDIT:
Tempat Belajar SEO Gratis Klik Di Sini - Situs Belanja Online Klik Di Sini - Original design by Bamz | Copyright of Mister Cofie.